Misteri Pantai Selatan;
Nyi Roro Kidul
atau Kanjeng Ratu Kidul adalah sebuah cerita legendaris Indonesia, yang
dikenal sebagai Ratu Laut Selatan Jawa (Samudera Hindia atau Samudra
selatan dari pulau Jawa) Dia juga disebut sebagai permaisuri dari Sultan
Mataram, dimulai dengan Senopati dan berlanjut sampai sekarang. Nyai Roro Kidul
memiliki banyak nama yang berbeda, yang mencerminkan beragam
cerita-cerita asal di banyak kisah-kisah, legenda, mitos dan tradisional
cerita rakyat.
Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakannya bahwa selama ia pergi kekhayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarahannya istrinya kemudian dibunuh.
Menurut Babad Tanah Jawi (abad
ke-19), menceritakan tentang adanya seorang raja di Pajajaran yang
bernama Raja Mudingsari memiliki putri bernama Ratna Suwinda, putri ini
memiliki kegemaran bertapa, sehingga pangeran-pangeran yang meminangnya
di tolak semua. Hal ini membuat Raja Mudingsari marah dan mengusirnya.
Ratna Suwinda mengembara bertujuan untuk mencari tempat yang cocok untuk
bertapa, akhirnya sampailah di Gunung Kumbang dan bertapa dipuncak
gunung tersebut, dipuncak gunung terdapat sebuah pohon cemara yang
digunakan oleh Dewi Ratna Suwinda bila beralih rupa menjadi laki-laki
dengan nama Hajar Cemoro Tunggal.
Ada seorang pangeran dari Kerajaan
Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan
agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang
pertapa berubah menjadi seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun
jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan adik
kakek Joko Suruh, bernama Ratna Suwinda, menolak cintanya. Ratna Suwida
mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit.
Kemudian ia pergi ke
pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata
kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan
yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa
secara bergantian (Sholikhin, 2009 : 88-89).
Disini akan diceritakan dalam versi cerita rakyat Pajajaran, hal ini dikarenakan di ujung timur Pulau Jawa kita akan menemukan kembali kisah tersebut. Adapun kisah cerita dimulai dari versi rakyat Pajajaran adalah sebagai berikut:
Suatu ketika pada masa Prabu Mundingwesi memerintah di Kerajaan Pajajaran, telah memiliki seorang anak perempuan cantik. Ia dinamai Putri Kadita atau Putri Srengenge. Namun Prabu Mundingwesi menginginkan anak laki-laki maka Raja pun menikah lagi dengan dewi Mutiara dan memiliki anak laki-laki.
Disini akan diceritakan dalam versi cerita rakyat Pajajaran, hal ini dikarenakan di ujung timur Pulau Jawa kita akan menemukan kembali kisah tersebut. Adapun kisah cerita dimulai dari versi rakyat Pajajaran adalah sebagai berikut:
Suatu ketika pada masa Prabu Mundingwesi memerintah di Kerajaan Pajajaran, telah memiliki seorang anak perempuan cantik. Ia dinamai Putri Kadita atau Putri Srengenge. Namun Prabu Mundingwesi menginginkan anak laki-laki maka Raja pun menikah lagi dengan dewi Mutiara dan memiliki anak laki-laki.
Pada suatu ketika Dewi Mutiara
berkata kepada sang Prabu bahwa kelak yang menjadi raja adalah anak
hasil keturunannya dan supaya mengusir Kandita dari keratin, namun Prabu
Mundingwesi menolaknya. Akhirnya Dewi Mutiara menenun Kadita menjadi
berwajah jelek dan berbisul serta bau.
Di bawah pengaruh Dewi Mutiara
dan Patihnya, Prabu Mundingwesi pun mengusir anak dari keraton karena
dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan. Dalam
kondisi tersebut, Putri Kadita pergi tanpa tujuan. Putri Kadita terus
berjalan menuju selatan hingga sampai di Laut Selatan. Putri Kadita
memandang laut tersebut, tiba-tiba ada suara yang menyuruhnya terjun
kelaut.
Putri Kadita langsung melompat dari tebing curam ke tengah
gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Saat berenang penyakitnya
hilang seketika. Selain sembuh dan kembali cantik, ia juga beroleh
kekuatan gaib serta menguasai Laut Selatan. Sejak itu ia disebut sebagai
Nyi Loro Kidul (yang artinya loro = derita, kidul = selatan), atau Nyai
Roro Kidul sang Ratu Penguasa Laut Selatan (Sholikhin, 2009 : 85-87).
Dari versi Keraton Yogyakarta, Nyi Loro Kidul sebenarnya adalah putra (anak) dari seorang begawan bernama Abdi Waksa Geni. Ia berasal dari keluarga dengan dua bersaudara. Saudara kandungnya bernama Nawangsari, sedangkan nama dia yang sesungguhnya tidak diketahui. Awalnya, sewaktu masih menjadi manusia biasa Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa.
Dari versi Keraton Yogyakarta, Nyi Loro Kidul sebenarnya adalah putra (anak) dari seorang begawan bernama Abdi Waksa Geni. Ia berasal dari keluarga dengan dua bersaudara. Saudara kandungnya bernama Nawangsari, sedangkan nama dia yang sesungguhnya tidak diketahui. Awalnya, sewaktu masih menjadi manusia biasa Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa.
Sedangkan saudara kandungnya sangat cantik. Kondisi ini membuat Nyi Loro
kidul merasa minder bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Karena
ayahnya seorang abdi, maka ayahnya selalu mengingatkan ia untuk tidak
bersikap demikian. Sebagai usaha menghilangkan perasaan minder itu, ayah
Nyi Loro Kidul meminta ia agar mandi dan bertapa di laut selatan.
Pada
saat mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya
untuk merubah wajahnya menjadi cantik, dengan syarat dia harus mau
diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Dengan adanya tawaran itu
sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan
orang lain.
Maka jadilah ia seorang yang cantik dan menguasai Kerajaan Laut Selatan, seperti yang dipercaya orang sampai saat ini. Keterkaitan antara kerjaan Mataram dengan Nyi Loro Kidul bermula pada saat sang raja ditawari menikah denganya. Ratu kidul sangat tergila-gila pada sang raja yang memiliki wajah yang sangat tampan.
Maka jadilah ia seorang yang cantik dan menguasai Kerajaan Laut Selatan, seperti yang dipercaya orang sampai saat ini. Keterkaitan antara kerjaan Mataram dengan Nyi Loro Kidul bermula pada saat sang raja ditawari menikah denganya. Ratu kidul sangat tergila-gila pada sang raja yang memiliki wajah yang sangat tampan.
Pertemuan Nyi
Loro Kidul dengan raja Mataram bermula pada saat sang raja bertapa di
pantai Parangkusumo. Saat bertapa itu ratu Laut Kidul menemui Sang raja.
Ratu Laut kidul menyukai sang raja dan mengatakan bahwa jika raja mau
menjadi suaminya ia berjanji akan membantu menjaga kerajaan mataram
sampai akhir hayatnya, bahkan sampai kiamat.
Sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Nyi Loro Kidul, pihak keraton selalu mengadakan suatu kegiatan sebagai upacara untuk menghormati Sang Ratu. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan labuhan yang dilaksanakan di pantai selatan. Labuhan yang dilaksanakan oleh Raja Yogyakarta dilaksanakan di Parangtritis. Upacara menghormati Nyai Roro Kidul ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang memiliki daerah dengan batas Samudra Hindia atau Laut Selatan.
Dari uraian dua versi di atas, dapat disimpulkan beberapa persamaan akan kisah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. versi Pajajaran; Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah. Versi Jojakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari karena kebiasaan bertapa.
2. versi Pajajaran: Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa.
3. Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat mandi Nyai Loro didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwida bertapa agar hidup abadi.
4. Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Penyakitnya menjadi sembuh.Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik.
Versi Babad Tanah Jawi Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ke laut selatan namun dengan syarat menjadi makluk halus.
5. versi Pajajaran: Sang putri Kandita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jgjakarta: Nyai Loro diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwida menjadi penguasa Laut selatan Jawa.
Selain Versi Pajajaran dan Versi Jogjakarta, terdapat pula versi dari kalangan masyarakat Banten Kidul yang hampir mirip kisahnya,disebutkan bahwa gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan. diantaranya diceritakan sebagai berikut.
Diceritakan bahwa Nyai Roro Kidul merupakan putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya merupakan permaisuri kinasih dari Prabu Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya.
Sebagai wujud kepercayaan mereka terhadap keberadaan Nyi Loro Kidul, pihak keraton selalu mengadakan suatu kegiatan sebagai upacara untuk menghormati Sang Ratu. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan labuhan yang dilaksanakan di pantai selatan. Labuhan yang dilaksanakan oleh Raja Yogyakarta dilaksanakan di Parangtritis. Upacara menghormati Nyai Roro Kidul ini serupa dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur yang memiliki daerah dengan batas Samudra Hindia atau Laut Selatan.
Dari uraian dua versi di atas, dapat disimpulkan beberapa persamaan akan kisah tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. versi Pajajaran; Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah. Versi Jojakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan. Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari karena kebiasaan bertapa.
2. versi Pajajaran: Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa.
3. Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat mandi Nyai Loro didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwida bertapa agar hidup abadi.
4. Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan. Penyakitnya menjadi sembuh.Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik.
Versi Babad Tanah Jawi Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ke laut selatan namun dengan syarat menjadi makluk halus.
5. versi Pajajaran: Sang putri Kandita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jgjakarta: Nyai Loro diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwida menjadi penguasa Laut selatan Jawa.
Selain Versi Pajajaran dan Versi Jogjakarta, terdapat pula versi dari kalangan masyarakat Banten Kidul yang hampir mirip kisahnya,disebutkan bahwa gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan. diantaranya diceritakan sebagai berikut.
Diceritakan bahwa Nyai Roro Kidul merupakan putri Prabu Siliwangi dari Kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya merupakan permaisuri kinasih dari Prabu Siliwangi. Nyai Roro Kidul yang semula bernama Putri Kandita, memiliki paras yang sangat cantik dan kecantikannya itu melebihi kecantikan ibunya.
Oleh karena itu,tidaklah mengherankan kalau Putri Kandita
menjadi anak kesayangan Prabu Siliwangi.Sikap Prabu Siliwangi yang
begitu menyayangi Putri Kandita telah menumbuhkan kecemburuan dari selir
dan putra-putri raja lainnya. Kecemburuan itu yang kemudian melahirkan
persengkokolan di kalangan mereka untuk menyingkirkan Putri Kandita dan
ibunya dari sisi raja dan lingkungan istana Pakuan Pajajaran.
Rencana
tersebut dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan ilmu hitam sehingga
Putri Kandita dan ibunya terserang suatu penyakit yang tidak bisa
disembuhkan.Di sekujur tubuhnya, yang semula sangat mulus dan bersih,
timbul luka borok bernanah dan mengeluarkan bau tidak sedap (anyir).
Akibat penyakitnya itu, Prabu Siliwangi mengucilkan mereka meskipun
masih tetap berada di lingkungan istana. Akan tetapi, atas desakan selir
dan putra-putrinya, Prabu Siliwangi akhirnya mengusir mereka dari
istana Pakuan Pajajaran.
Mereka berdua keluar dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan. Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa hangat dirasakan oleh tubuhnya.
Mereka berdua keluar dari istana dan berkelana ke arah selatan dari wilayah kerajaan tanpa tujuan. Selama berkelana, Putri Kandita kehilangan ibunya yang meninggal dunia di tengah-tengah perjalanan. Suatu hari, sampailah Putri Kandita di tepi sebuah aliran sungai. Tanpa ragu, ia kemudian meminum air sungai sepuas-puasnya dan rasa hangat dirasakan oleh tubuhnya.
Tidak lama
kemudian, ia merendamkan dirinya ke dalam air sungai itu. Setelah merasa
puas berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya
kini mulai nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit boroknya itu
tidak terlalu menyiksa dirinya.
Kemudian ia melanjutkan pengembaraannya
dengan mengikuti aliran sungai itu ke arah hulu. Setelah lama berjalan
mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa mata air yang
menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi
tubuhnya. Putri Kandita menetap di dekat sumber air panas itu.Dalam
kesendiriannya, ia kemudian melatih olah kanuragan. Selama itu pula,
Putri Kandita menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu.
Tanpa
disadarinya, secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya
menjadi hilang. Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan
dengan mengikuti aliran sungai ke arah hilir dan ia sangat terpesona
ketika tiba di muara sungai dan melihat laut. Oleh karena itu, Putri
Kandita memutuskan untuk menetap di tepi laut wilayah selatan wilayah
Pakuan Pajajaran.
Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya.
Selama menetap di sana, Putri Kandita dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa sebagai wanita cantik dan sakti. Mendengar hal itu, banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya.
Menghadapi para pelamar itu, Putri
Kandita mengatakan bahwa ia bersedia dipersunting oleh para pangeran
itu asalkan harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di
atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Sebaliknya, kalau
tidak berhasil memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi
pengiringnya.
Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengan
Putri Kandita, tidak ada seorang pangeran pun yang mampu mengalahkan
kesaktiannya dan tidak ada juga yang mampu bertarung di atas gelombang
laut selatan. Oleh karena itu, seluruh pangeran yang datang ke laut
selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi
pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan
kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar
Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya Ratu Penguasa di Selatan
Kisah Nyai Roro Kidul tersebut merupakan cerita rakyat yang di beritakan secara turu-temurun oleh masyarakat Jawa hingga sekarang, menarik sekali untuk dikaji, hal ini di karenakan berdasarkan cerita pujangga Yosodipuro dari Keraton Surakarta memberitakan kisah Nyai Roro Kidul sebagai berikut.
Di kerajaan Kediri, terdapat seorang putra raja Jenggala yang bernama Raden Panji Sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari daerah kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan Sigaluh yang didalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang bernama waringin putih.
Kisah Nyai Roro Kidul tersebut merupakan cerita rakyat yang di beritakan secara turu-temurun oleh masyarakat Jawa hingga sekarang, menarik sekali untuk dikaji, hal ini di karenakan berdasarkan cerita pujangga Yosodipuro dari Keraton Surakarta memberitakan kisah Nyai Roro Kidul sebagai berikut.
Di kerajaan Kediri, terdapat seorang putra raja Jenggala yang bernama Raden Panji Sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari daerah kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan Sigaluh yang didalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang bernama waringin putih.
Pohon itu ternyata merupakan pusat
kerajaan para lelembut (mahluk halus) dengan Sang Prabu Banjaran Seta
sebagai rajanya. Berdasarkan keyakinannya akan daerah itu, Raden Panji
Sekar Taji melakukan pembabatan hutan sehingga pohon waringin putih
tersebut ikut terbabat.
Dengan terbabatnya pohon itu si Raja lelembut
yaitu Prabu Banjaran Seta merasa senang dan dapat menyempurnakan
hidupnya dengan langsung musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya
berwujud suatu cahaya yang kemudian langsung masuk ke tubuh Raden Panji
Sekar Taji sehingga menjadikan dirinya bertambah sakti.
Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin adalah saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari Selasa Kliwon lahirlah putri yang bernama Ratu Hayu. Pada saat kelahirannya putri ini menurut cerita, dihadiri oleh para bidadari dan semua mahluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang Sindhula), Ratu Pegedong dengan harapan nantinya akan menjadi wanita tercantik dijagat raya.
Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin adalah saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari Selasa Kliwon lahirlah putri yang bernama Ratu Hayu. Pada saat kelahirannya putri ini menurut cerita, dihadiri oleh para bidadari dan semua mahluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang Sindhula), Ratu Pegedong dengan harapan nantinya akan menjadi wanita tercantik dijagat raya.
Setelah dewasa ia benar-benar menjadi wanita yang cantik tanpa
cacat atau sempurna dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan
pinang dibelah dua. Pada suatu hari Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan
dengan menangis memohon kepada eyangnya agar kecantikan yang dimilikinya
tetap abadi.
Dengan kesaktian eyang Sindhula, akhirnya permohonan Ratu
Pagedongan wanita yang cantik, tidak pernah tua atau keriput dan tidak
pernah mati sampai hari kiamat dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah
sifatnya menjadi mahluk halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang
dapat mengalahkannya).
Setelah berubah wujudnya menjadi mahluk halus, oleh sang ayah Putri Pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah Laut Selatan serta menguasai seluruh mahluk halus di seluruh pulau Jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak mempunyai pedamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah Jawa. Sejak saat itu ia menjadi Ratu dari rakyat yang mahluk halus dan mempunyai berkuasa penuh di Laut Selatan.
Versi Keraton Surakarta ini juga memiliki kemiripan akan kisahnya dengan cerita rakyat dari Pajajaran, Banten Kidul, dan Jogjakarta. Untuk kerajaan surakarta, labuhan dilaksanakan di pantai Parangkusumo
Ada suatu cerita di Kabupaten Banyuwangi juga memiliki cerita rakyat yang hampir sama dengan cerita Nyai Roro Kidul. Kita ketahui bahwa cerita kisah Nyai Roro Kidul bermula pada masa Mataram Islam berkuasa. Pada saat Mataram dibawah kekuasaan Panembahan senopati 1575-1601 berambisi untuk menguasai Kerajaan Blambangan akhirnya tercapai juga.
Setelah berubah wujudnya menjadi mahluk halus, oleh sang ayah Putri Pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah Laut Selatan serta menguasai seluruh mahluk halus di seluruh pulau Jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak mempunyai pedamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah Jawa. Sejak saat itu ia menjadi Ratu dari rakyat yang mahluk halus dan mempunyai berkuasa penuh di Laut Selatan.
Versi Keraton Surakarta ini juga memiliki kemiripan akan kisahnya dengan cerita rakyat dari Pajajaran, Banten Kidul, dan Jogjakarta. Untuk kerajaan surakarta, labuhan dilaksanakan di pantai Parangkusumo
Ada suatu cerita di Kabupaten Banyuwangi juga memiliki cerita rakyat yang hampir sama dengan cerita Nyai Roro Kidul. Kita ketahui bahwa cerita kisah Nyai Roro Kidul bermula pada masa Mataram Islam berkuasa. Pada saat Mataram dibawah kekuasaan Panembahan senopati 1575-1601 berambisi untuk menguasai Kerajaan Blambangan akhirnya tercapai juga.
Sementara itu Adipati
Pasuruan Kaninten berusaha memisahkan diri dari belenggu kekuasaan
Mataram, akhirnya Adipati Kaninten bersekutu dengan Blambangan yang pada
saat itu di pegang oleh Prabu Santoadmodjo.
Akhirnya perang berkobar,
Pasuruan dapat ditundukkan kembali namun Blambangan belum bisa dikuasai.
Pada saat Mataram di pegang Sultan Agung telah menyerang Blambanagan
hingga 3 kali, yaitu 1625, 1636, dan 1639 Masehi (Oetomo, 1987: 27-29).
Pada tahun terakhir tersebut pasukan Mataram dibawah pimpinan Pangeran
Selarong berhasil menaklukan Blambangan pada tahun. Sebelum menaklukan
Blambangan, Sultan Agung terlebih dahulu menyerang daerah sekitarnya.
Adapun cerita rakyat asal muasal Banyuwangi adalah sebagai berikut.
Di Ujung Timur Pulau Jawa dikisahkan bahwa pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. Pada saat berburu Raden Banterang mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan dan terpisah dengan para pengiringnya.
Adapun cerita rakyat asal muasal Banyuwangi adalah sebagai berikut.
Di Ujung Timur Pulau Jawa dikisahkan bahwa pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. Pada saat berburu Raden Banterang mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan dan terpisah dengan para pengiringnya.
Tibalah dia di sebuah sungai yang
sangat bening airnya dan meminum air sungai tersebut hingga merasa
hilang dahaganya. Namun baru beberapa saat akan meninggalkan sungai,
tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita. Raden
Banterang pun berrkenalan dengan gadis cantik itu yang memiliki nama
Surati berasal dari kerajaan Klungkung. Putri Surati di wilayah ini
karena menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya gugur
dalam peperangan tersebut.
Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung
itu, Raden Banterang segera menolong dan menikah. Pada suatu hari, Raden
Banterang sedang berburu di hutan dan puteri Raja Klungkung
berjalan-jalan ke luar istana sendirian tiba-tiba bertemu dengan kakak
kandungnya dengan menggunakan pakaian compang-camping bernama Rupaksa.
Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas
dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahnya. Namun Surati
menolak ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah dan sempat memberikan
sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. Pesan Rupaksa agar
ikat kepala tersebut supaya di simpan di tempat tidurnya.
Pada saat Raden Banterang sedang berburu di hutan bertemu dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Lelaki tersebut memberitahukan bahwa keselamatannya terancam bahaya dengan bukti agar Raden Banterang melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik istrinya dari lelaki yang dimintai tolong untuk membunuhnya.
Pada saat Raden Banterang sedang berburu di hutan bertemu dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping. Lelaki tersebut memberitahukan bahwa keselamatannya terancam bahaya dengan bukti agar Raden Banterang melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik istrinya dari lelaki yang dimintai tolong untuk membunuhnya.
Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana,
Raden Banterang langsung menuju ke peraaduan istrinya. Dicarinya ikat
kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping
yang telah menemui di hutan. Ternyata benar ikat kepala tersebut ada di
tempat tidur mereka. Dengan adanya bukti tersebut Raden Banterang
berusaha mencelakai dan membunuh istrinya. Raden Banterang berniat
menenggelamkan istrinya di sebuah sungai.
Setelah tiba di sungai, Raden
Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki
compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan hal
yang sama tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping. Surati pun menjelaskan bahwa yang memberi sebuah ikat
kepala kepadanya tidak lain adalah kakak kandungnya. Namun Raden tetap
pada pendiriannya untuk membunuhnya.
Sebelum dibunuh Surati berpesan bila air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, maka dia tidak bersalah dan tetap keruh dan bau busuk dia bersalah. Raden Banterang tetap menganggap ucapan istrinya itu hanyalah bualan belaka. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai.
Sebelum dibunuh Surati berpesan bila air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, maka dia tidak bersalah dan tetap keruh dan bau busuk dia bersalah. Raden Banterang tetap menganggap ucapan istrinya itu hanyalah bualan belaka. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang. Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai.
Melihat kejadian itu, Raden Banterang
berseru dengan suara gemetar menyesali perbuatannya dan meratapi
kematian istrinya. Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa
Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama
Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Apabila dibandingkan antara Kisah Nyai Roro Kidul dan Cerita terjadinya Banyuwangi maka terdapat kesamaan atu kemiripan kisah tersebut.
Versi Pajajaran, Banten, Surakarta, Jogjakarta dan Babad Tanah Jawa dengan kode (I), sedangkan Versi Banyuwangi dengan kode (II)
(I)Versi Pajajaran,Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah sama dengan versi Banten Kidul. Versi Jogjakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan.
Apabila dibandingkan antara Kisah Nyai Roro Kidul dan Cerita terjadinya Banyuwangi maka terdapat kesamaan atu kemiripan kisah tersebut.
Versi Pajajaran, Banten, Surakarta, Jogjakarta dan Babad Tanah Jawa dengan kode (I), sedangkan Versi Banyuwangi dengan kode (II)
(I)Versi Pajajaran,Prabu Mundingwesi mengusir anak keraton karena dikhawatirkan mereka akan mendatangkan malapetaka bagi kerajaan karena menderita sakit kulit yang parah sama dengan versi Banten Kidul. Versi Jogjakarta: Nyi Loro Kidul adalah gadis yang buruk rupa oleh karena itu dia di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan.
Dalam versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda di usir oleh Raja
Mudingsari karena kebiasaan bertapa. Versi Surakarta, putri Pangedog
menangis di hadapan kakeknya (II)Putri Surati mengusi ke ujung timur
Jawa untuk menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang membuat ayahnya,
Raja Klungkung gugur dalam peperangan.
(I) Versi Pajajaran,Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan sama dengan versi Banten Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa. (II)Putri Surati Meninggalkan Kerajaan Klungkung hingga sampai di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu.
(I) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik.
(I) Versi Pajajaran,Putri Kadita terus berjalan menuju selatan sampai akhirnya tiba di laut selatan sama dengan versi Banten Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan untuk mandi dan bertapa. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwida pergi ke pantai selatan Jawa. (II)Putri Surati Meninggalkan Kerajaan Klungkung hingga sampai di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu.
(I) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi itulah ia didatangi oleh seorang dewa. Dewa itu menawarinya untuk merubah wajahnya menjadi cantik.
Versi surakarta,
Putri pangedong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang
masa. Menurut versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup
abadi sedangkan versi Banten Kidul belajar olah raga. (II)Putri Surati
bertemu dengan Raden Banterang. Akhirnya Raden Banterang segera menolong
dan menikahinya.
(I)Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan dan penyakit menjadi sembuh. Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri Loro Kidul mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik.
(I)Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan dan penyakit menjadi sembuh. Versi Jogjakarta: Dengan adanya tawaran itu sang putri Loro Kidul mau menerima, karena sudah terlanjur tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang cantik.
Versi surakarta, kakeknya mengabulkan permintaan Putri Pangedong dengan
syarat dia harus berubah menjadi makluk halus. Versi Banten Kidul: Putri
Kandita bertarung diatas gelombang air laut selatan. Versi Babad Tanah
Jawa Ratna Suwinda mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit,
kemudian ke laut selatan(II)Surati melompat ke tengah sungai lalu
menghilang.
(I)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta, Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwinda menjadi penguasa Laut selatan Jawa.
(I)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta, Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan. Versi Babad Tanah Jawi . Ratna Suwinda menjadi penguasa Laut selatan Jawa.
Versi Banten Kidul: Putri Kadita
menjadi penguasa wilayah selatan. Versi Surakarta bahwa Ratu Pangedong
di beri wilayah oleh ayahnya untuk menjadi penguasa Laut
Selatan(II)Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah keajaiban. Bau
harum merebak di sekitar sungai.
Melihat persamaan antara cerita Nyai Roro Kidul dengan Kisah Surati (Banyuwangi) tidak menutup kemungkinan cerita tersebut di bawa oleh orang Jawa (Mataram Islam) pada saat Kerajaan Blambangan di kuasai oleh Mataram Islam. Cerita rakyat akan Banyuwangi juga selalu dikaitkan dengan cerita yang berada di relief-relief Candi yaitu Cerita Sri Tanjung. Cerita relief Sri Tanjung terdapat di area Komplek Candi Penataran dan Candi Surowono dll. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.
Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorang turunan Pandawa yang mengabdi pada prabu Sulakarma di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidopaksa diutus sang prabu untuk mencari obat ke tempat seorang begawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas.
Melihat persamaan antara cerita Nyai Roro Kidul dengan Kisah Surati (Banyuwangi) tidak menutup kemungkinan cerita tersebut di bawa oleh orang Jawa (Mataram Islam) pada saat Kerajaan Blambangan di kuasai oleh Mataram Islam. Cerita rakyat akan Banyuwangi juga selalu dikaitkan dengan cerita yang berada di relief-relief Candi yaitu Cerita Sri Tanjung. Cerita relief Sri Tanjung terdapat di area Komplek Candi Penataran dan Candi Surowono dll. Adapun ceritanya adalah sebagai berikut.
Dikisahkan, adalah Pangeran Sidapaksa salah seorang turunan Pandawa yang mengabdi pada prabu Sulakarma di negeri Sindurejo. Pada suatu ketika Sidopaksa diutus sang prabu untuk mencari obat ke tempat seorang begawan yang bernama Tambapetra di desa Prangalas.
Obat pesanan sang prabu memang tidak
diperoleh malah Sidapaksa jatuh cinta pada putri sang begawan yang
bernama Sri Tanjung. Sidapaksa berhasil mempersunting Sri Tanjung yang
memang cantik rupawan.
Kecantikan Sri Tanjung terdengar pula oleh sang
prabu dan berminat untuk berbuat yang tidak senonoh. Dicarinya akal
untuk memperdaya Sidapaksa dengan diutus kekhayangan dengan maksud
supaya dibunuh para dewa sesuai dengan bunyi surat yang dibawakannya.
Memang dikhayangan Sidapaksa sempat dihajar oleh para dewa dan hampir
saja dibunuhnya. Pada saat-saat kritis Sidapaksa menyebut-nyebut nama
Pandawa, akibatnya ia tidak jadi dibunuh karena sebenarnya ia adalah
keluarga sendiri. Sidapaksa kembali dari khayangan dengan selamat.
Sementara Sidapaksa berangkat ke khayangan, prabu Sulakrama berusaha
menggoda Sri Tanjung akan tetapi tidak berhasil.
Merasa malu kemudian sang prabu menempuh jalan lain dengan memfitnah Sidapaksa. Dikatakannya bahwa selama ia pergi kekhayangan istrinya telah berbuat serong. Fitnah ternyata berhasil membuat Sidapaksa kalap dan sebagai puncak kemarahannya istrinya kemudian dibunuh.
Diceritakan dalam
perjalanan ke alam roh Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain
diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas.
Di sana ia bertemu dengan Betari Durga, karena belum waktunya meninggal
maka sang betari ia dihidupkan kembali. Sri Tanjung kemudian kembali ke
Desa Prangalas.
Tersebutlah Sidapaksa yang mengetahui bahwa sebenarnya
istrinya tidak bersalah sebagaimana diucapkan sesaat sebelum merenggang
nyawa, menjadi sakit saraf dan hampir-hampir saja bunuh diri. Kemudian
datanglah Betari Durga yang menyuruh Sidapaksa ke Desa Prangalas untuk
menemui Sri Tanjung.
Terjadi kesepakatan, Sri Tanjung bersedia kembali
asal Sidapaksa dapat memenggal kepala Prabu Sulakrama. Permintaan
tersebut dapat dipenuhi bahkan kepala sang prabu dijadikan alas kaki
(keset = bahasa Jawa) Sri Tanjung. Mereka kemudian hidup bahagia
(Wisnoewhardono, 1995: 19-21).
Adapun persamaannya akan saya kode sebagai berikut: Versi Sri Tanjung(I)Versi Nyai Roro Kidul(II)Versi Surati (Banyuwangi)(III)
(I)Fitnah Sulakrama membuat Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. akhirnya dia melakukan perjalanan ke alam roh.(II) Versi pajajaran: Prabu Mundingwesi mengusir anaknya dari keraton hal ini sama dengan Versi Banten Kidul. Versi Jgjakarta, Nyi Loro di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan.
Adapun persamaannya akan saya kode sebagai berikut: Versi Sri Tanjung(I)Versi Nyai Roro Kidul(II)Versi Surati (Banyuwangi)(III)
(I)Fitnah Sulakrama membuat Sidapaksa membunuh Sri Tanjung. akhirnya dia melakukan perjalanan ke alam roh.(II) Versi pajajaran: Prabu Mundingwesi mengusir anaknya dari keraton hal ini sama dengan Versi Banten Kidul. Versi Jgjakarta, Nyi Loro di suruh ayahnya Begawan Abdi Waksa Geni untuk pergi mandi dan bertapa di laut selatan.
Versi surakarta, Putri
Pangendong menagis di hadapan kakeknya. Dalam versi Babad Tanah Jawa
Ratna Suwandi di usir oleh Raja Mudingsari.(III)Putri Surati mengusi ke
ujung timur Jawa untuk menyelamatkan diri dari serbuan musuh yang
membuat ayahnya, Raja Klungkung gugur dalam peperangan.
(I) Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh (II) Putri Kadita berjalan menuju selatan sampai laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita menyusuri sungai hingga ke selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan. Versi Surakarta: Putri Pangedong menemui kakeknya. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwinda pergi ke pantai selatan Jawa(III) Putri Surati tiba di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu.
(I) Di alam roh Sri Tanjung bertemu dengan Betari Durga / Sri Tanjung Menikah dengan Sidapaksa(II) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita bertapa dan memiliki ilmu kesaktian. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi didatangi oleh seorang dewa. Versi Surakarta: Putri Pangendong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang masa. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup abadi(III)Putri Surati bertemu dengan Raden Banterang dan menikah.
(I) Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas.(II) Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan.
(I) Diceritakan dalam perjalanan ke alam roh (II) Putri Kadita berjalan menuju selatan sampai laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita menyusuri sungai hingga ke selatan. Versi Jogjakarta: Nyai Loro Kidul pergi ke laut selatan. Versi Surakarta: Putri Pangedong menemui kakeknya. Versi Babad Tanah Jawi, Ratna Suwinda pergi ke pantai selatan Jawa(III) Putri Surati tiba di sebuah sungai di hutan wilayah Raden Banterang berburu.
(I) Di alam roh Sri Tanjung bertemu dengan Betari Durga / Sri Tanjung Menikah dengan Sidapaksa(II) Versi Pajajaran: Ada suara gaib agar Putri Kadita terjun ke laut selatan. Versi Banten Kidul: Putri Kandita bertapa dan memiliki ilmu kesaktian. Versi Jogjakarta: Pada saat Nyai Lara Kidul mandi didatangi oleh seorang dewa. Versi Surakarta: Putri Pangendong meminta kakeknya agar wajahnya tetap cantik sepanjang masa. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda bertapa agar hidup abadi(III)Putri Surati bertemu dengan Raden Banterang dan menikah.
(I) Sri Tanjung naik ikan (dalam versi lain diceritakan naik buaya putih) menyeberangi sebuah sungai yang maha luas.(II) Versi Pajajaran: Putri Kadita melompat dari tebing curam ke tengah gulungan ombak, dan berenang di Laut Selatan.
Versi Banten Selatan, Putri Kandita
bertarung di atas gelombang laut selatan. Versi Jogjakarta: Lara Kidul
tidak mau bergaul dengan orang lain. Maka jadilah ia seorang wanita yang
cantik. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda mengasingkan diri untuk
bertapa di sebuah bukit, kemudian ke laut selatan. Versi Surakarta,
permintaan Putri Pangedong dikabulkan kakeknya namun harus menjadi
makluk halus(III)Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
(I)Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Batari durga, membalas dendam kepada raja, dan hidupnya bahagia kembali(II)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan.
(I)Sri Tanjung dihidupkan kembali oleh Batari durga, membalas dendam kepada raja, dan hidupnya bahagia kembali(II)Versi Pajajaran: Sang putri Kadita harus tetap tinggal di Laut Selatan. Versi Jogjakarta Nyai Loro Kidul diangkat jadi ratu di pantai laut selatan.
Versi Banten selatan Putri
Kandita menjadi penguasa wilayah selatan. Versi Surakarta, Putri
Pangedong oleh ayahnya di angkat dan diberi wilayah bagian selatan yaitu
di Laut selatan. Versi Babad Tanah Jawa Ratna Suwinda menjadi penguasa
Laut selatan Jawa.(III)Tidak berapa lama kemudian, terjadi sebuah
keajaiban. Bau harum merebak di sekitar sungai.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila kisah cerita Nyai Roro Kidul begitu terkenal dan melekat dihati masyarakat sekarang karena cerita tersebut pada masa tahun 1400 sudah terdapat sebuah cerita mengenai kisah Sri Tanjung yang telah digemari oleh kalayak luas pada masa lampau, bahkan kemungkinan sebelumnya sudah ada cerita tentang tema tersebut.
Oleh karena itu tidak mengherankan apabila kisah cerita Nyai Roro Kidul begitu terkenal dan melekat dihati masyarakat sekarang karena cerita tersebut pada masa tahun 1400 sudah terdapat sebuah cerita mengenai kisah Sri Tanjung yang telah digemari oleh kalayak luas pada masa lampau, bahkan kemungkinan sebelumnya sudah ada cerita tentang tema tersebut.
Cerita Nyai Roro Kidul
dan Cerita Surati (Banyuwangi) yang boleh jadi digubah sesuai dengan
cerita Sri Tanjung, mengingatkan kita akan cerita relief di Parthitaan
Jolotundo, yaitu kisah Margawati. Adapun kisahnya sebagai berikut.
Adan tokoh Raja yang bernama Sahasranika yang memerintah Kerajaan Vatsa di Kota Kausambi. Dia termasuk keluarga Pandawa keturunan dari Arjuna. Suatu saat raja mengundang Dewa Indra dalam rangka untuk menghadiri perkawinannya dengan Mrgawati, adik Raja Ayodya. Ketika keluar dari persemayaman Dewa Indra, dia bertemu dengan Bidadari Tilottama yang jatuh cinta kepadanya.
Adan tokoh Raja yang bernama Sahasranika yang memerintah Kerajaan Vatsa di Kota Kausambi. Dia termasuk keluarga Pandawa keturunan dari Arjuna. Suatu saat raja mengundang Dewa Indra dalam rangka untuk menghadiri perkawinannya dengan Mrgawati, adik Raja Ayodya. Ketika keluar dari persemayaman Dewa Indra, dia bertemu dengan Bidadari Tilottama yang jatuh cinta kepadanya.
Raja tidak mempedulikannya, maka marahlah
Bidadari Tilottama dan mengutuk Sahasranika, bahwa raja kelak akan
berpisah dengan istrinya selama 14 tahun dan didengar oleh Matali,
kereta kuda Dewa Indra.
Suatu saat ketika Mrgawati mengandung dan mandi
di kolam yang airnya berwarna merah. Pada saat itulah Mrgawati diculik
oleh seekor Burung Garuda. Melihat kejadian tersebut raja pingsan.
Setelah siuman raja berusaha menangkap Burung Garuda itu tetapi tidak
berhasil.
Raja kemudian mendengar kutukan Tilottama dari Matali. Kemudian raja sadar bahwa kutukan itu sedang terjadi.Sementara itu Mrgawati di bawa Burung Garuda ke puncak gunung dan tinggal bersama para hantu di rumah Jamadgani. Di rumah itu pula akhirnya Mrgawati melahirkan anak laki-laki. Kemudian Burung Garuda meneriakkan bahwa telah lahir seorang pangeran bernama Udayana dan anak itu akan memerintah seluruh Vidyadharas.
Raja kemudian mendengar kutukan Tilottama dari Matali. Kemudian raja sadar bahwa kutukan itu sedang terjadi.Sementara itu Mrgawati di bawa Burung Garuda ke puncak gunung dan tinggal bersama para hantu di rumah Jamadgani. Di rumah itu pula akhirnya Mrgawati melahirkan anak laki-laki. Kemudian Burung Garuda meneriakkan bahwa telah lahir seorang pangeran bernama Udayana dan anak itu akan memerintah seluruh Vidyadharas.
EmoticonEmoticon