Sejarah Tugu Monas Jakarta | Monumen Nasional
Gagasan Soekarno
Tahun 1949 Negara Kesatuan Republik Indonesia diakui sebagai sebuah Negara berdaulat oleh pemerintahan Belanda.
Sejak saat itu ibu kota kembali ke Jakarta yang sebelumnya di Yogyakarta.
Saat itulah Presiden Soekarno sangat menginginkan membuat sebuah bangunan monumen yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan kemerdekannya. Agar Jakarta dan Indonesia juga setara dengan ibu kota Negara-negara besar kala itu, Soekarno menginginkan tugu peringatan atau monumen tersebut nantinya bisa menyamai kemegahan menara Eiffel.
Soekarno juga menjelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, hal tersebut dapat dilihat dari peninggalan budaya seperti Candi Borobudur dan Prambanan yang merupakan terbesar di dunia. Kalau pada masa awal sejarah Indonesia telah mempunyai monument berupa candi yang megah, Soekarno juga menginginkan hal yang sama di masa sejarah modern Bangsa Indonesia.
Usaha-usaha Awal Mendirikan Monas
Gagasan Presiden Soekarno tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan sebuah komite nasional pembangunan Monas pada tanggal 17 Agustus 1954. Kemudian sayembara mendesain dan merancang Monas pun diadakan pada tahun 1955.
Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 namun sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria.
Soekarno kemudian meminta F. Silaban merancang Monas dengan konsep lingga dan yoni. Hasil karyanya kemudian diteruskan oleh arsitek lain bernama R.M. Soedarsono. Akhirnya rancangan itulah yang disetujui oleh Presiden Soekarno.
Pembangunan Monas
Tugu Peringatan Nasional tersebut dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu yang diarsiteki oleh Friedrich Silaban dan R. M. Soedarsono itu mulai dibangun pada 17 Agustus 1961. Periode pertama pembangunan monas dilakukan pada kurun waktu tahun 1961 hingga 1965.
Akibat adanya pemberontakan PKI, pembangunan Monas terhambat. Pembangunnya kembali dilanjutkan pada kurun 1966 hingga 1968. Tahap pembangunan berikutnya adalah antara 1969 hingga 1976 dengan menambahkan diorama pada bagian museum. Monas diresmikan dan dibuka untuk umum oleh Presiden Soeharto pada 12 Juli 1975
Struktur Monas
Struktur Monas sebagaimana arahan Presiden Soekarno adalah berkonsep lingga dan yoni. Menurutnya hal tersebut adalah ciri khas budaya bangsa Indonesia yang sudah turun temurun ditunjukkan dalam konsep pembangunan candi-candi bersejarah.
Konsep tersebut juga bermakna kehidupan abadi, adanya unsur positif (lingga) dan unsur negatif (yoni) seperti adanya siang dan malam, laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, yang membentuk keabadian dunia. Yoni diwujudkan dalam dasar Monas berbentuk segi empat, sedangkan Lingga berupa tugu yang menjulang tinggi.
Untuk memaknai konsep nasional dengan semangat perjuangan merebut kemerdekaan maka digunakan angka 17-8-45 (angka hari proklamasi)dalam pengukuran bentuk bangunan. Sifat dinamis dan bergerak diejawantahkan dalam bentuk garis-garis asitektur tugu merata, naik melengkung, melompat, merata lagi, lalu naik menjulang tinggi, akhirnya menggelombang di atas membentuk lidah api yang menyala.
Badan tugu menjulang tinggi dengan lidah api di puncaknya melambangkan dan menggambarkan api yang berkobar yang tak kunjung padam di dalam dada bangsa Indonesia. Museum nasional adalah rekaman sejarah yang bisa dilihat dalam diorama. Hal itu untuk mengingatkan pada generasi berikutnya tentang perjuangan bangsanya. Soekarno juga mensyaratkan bangunan tugu dibangun dengan bahan-bahan yang tahan berabad-abad.
Ukuran dan isi monumen
Monumen ini dibangun dengan tinggi 132 meter berbentuk lingga dan yoni. Seluruh bangunan dilapisi marmer.
Lidah api
Pada puncak monumen ada cawan yang di atasnya menyala api perunggu setinggi 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14.5 ton. Api ini dilapisi dengan emas seberat 45 kg. Api monumen terdiri dari 77 bagian yang disatukan.Pelataran puncak
Pelataran puncak memiliki luas halaman 11 x 11 m. untuk mencapai puncak, pengunjung dapat menggunakan Lift dengan waktu tempuh sekitar 3 menit. Di sekitar elevator terdapat tangga darurat.Dari halaman puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara jelas, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat serta Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.
Pelataran bawah
Halaman bawah memiliki luas 45 x 45 m. Dari dasar monumen ke pelataran bawah sekitar 17 meter. Di bagian ini Anda bisa melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.Museum perjuangan Nasional Sejarah
Di bagian bawah monumen terdapat ruang yang luas, yaitu Museum Nasional. Museum ini menampilkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Kawasan Museum seluas 80 x 80m yang pada keempat sisi Museum ada 12 diorama (demonstrasi jendela) yang menampilkan sejarah Indonesia dari zaman kerajaan leluhur bangsa Indonesia sampai G30S PKI.Patung di Sekitar Monas
Untuk memotret perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan negara ini, maka dibuatlah beberapa patung di sekitar Monas. Di sebelah timur laut dibuat kelompok patung perebutan kekuasaan dan penjajahan Jepang. Di sebelah tenggara terdapat kelompok patung pahlawan 10 November 1945. Di sebelah barat daya yaitu kelompok patung pembentukan Tentara Nasional Indonesia, sebagai pemersatu angkatan bersenjata. Dan di sebelah barat laut yaitu kelompok patung kebulatan Negara Kesatuan RI (masa pembangunan).
Bangsa yang besar adalah yang menghargai jasa para pahlawannya. Dengan mengerti sejarah pendirian Monas dan tujuannya, semoga tertanam nilai-nilai kebangsaan yang unggul dalam diri kita. Semoga artikel ini bermanfaat.
EmoticonEmoticon